Orang Banyumas Pakai Blangkon Hemat 7 Milyar
Agustus 21, 2012
Edit
Jika seluruh pengguna komputer di Kabupaten Banyumas mengadopsi OS BlankOn Banyumas, secara kalkulasi telah terjadi penghematan sekitar Rp 7 miliar untuk pengeluaran belanja sistem operasi dan aplikasi perkantoran. BlankOn Banyumas sendiri merupakan sistim operasi terbuka berbahasa Banyumas yang dikembangkan oleh komunitas setempat dan dirilis bertepatan dengan Hari Kemerdekaan 17 Agustus kemarin, di Pendopo Wakil BupatiBanyumas. Direktur Politeknik Pratama, Djati KusumoWidjoyo, yang ikut menghadiri peluncurannya, menilai kehadiran OS ini bisa menjawab tiga persoalan penting di Banyumas, yaitu mengurangi pembajakanpiranti lunak, penghematan belanja TI, dan kemandirian teknologi. Dari tiga persoalan itu, masalah pembajakan jadi perhatian utama. Menurut Djati, sebagian besar pengguna komputer di Banyumas menggunakan piranti lunak bajakan atau curian. secara hukum, perbuatan itu dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Selain itu, tegasnya, pembajakan bukan karakter warga Banyumas yang menjunjung tinggi watak kesatria. "Kita mendapat ranking pembajak nomor dua sedunia. Ironisnya, pembajakan software ini dilakukan oleh pemerintah, penegak hukum, akademisi, mahasiswa/pelajar, dan warga. Lama-kelamaan, tindak pencurian dan korupsi dianggap biasa. Apa ini yang dinamakan kota satria? Bahaya, kan !" tegas Djati kepada detikINET , Selasa (21/8/2012). Kedua, kehadiran OS ini dinilainya bisa memangkas dana belanja piranti lunak. Bagi Djati, pengguna komputer di Banyumas sudah di atas 20 ribu pengguna. Bila para pengguna komputer ini taat hukum maka belanja sistem operasi bisa mencapai Rp 2 miliar. Selain itu, bila komputer yang digunakan sekadar untuk keperluan perkantoran, misalnya mengetik, olah data, dan presentasi, maka ada sekitar Rp 4-5 miliar untuk belanja aplikasi office. Nah, menurutnya, jika warga pengguna ini menggunakan OS BlankOn Banyumas, dana tersebut bisa dialihkan untuk keperluan yang lebih penting seperti pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan masyarakat. Pengalokasian dana untuk keperluan tersebut, tegasnya, menjadi ciri kesatria juga. "Harga sistem operasi proprietary sekitar Rp 1 juta, aplikasi office bisa Rp 2-3 juta. Sementara itu, BlankOn Banyumas bisa didapat gratisan, pengguna komputer sekadar mengganti ongkos pemaketan dan pengemasan sekitar 10 ribu. Ini bentuk penghematan anggaran yang luar biasa," lanjutnya. Ketiga, persoalan lainnya adalah kemandirian teknologi. Lewat BlankOn Banyumas, warga Banyumas menunjukkan pada khalayak umum bahwa mereka mampu membangun kemandirian teknologi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya desa dan pengguna komputer yang sudah mempergunakan sistem operasi ini. Semangat kemandirianteknologi itu langkah maju bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Banyumas. "Kemandirian teknologi merupakan cita-cita para pendiri bangsa. Pengembangan BlankOn Banyumas jangansampai berhenti, mari terus berinovasi," pungkas Djati. Peluncuran sistem operasi BlankOn Banyumas ini dihadiri oleh beragam kalangan masyarakat. Mulai dari budayawan, kepala desa, akademisi, guru, pelajar, blogger, pegiat buruh migran, pers, dan praktisi teknologi informasi. Acara peluncuran BlankOn Banyumas terbuka untuk masyarakat umum. Bagi warga Banyumas maupun luar Banyumas yang mengikuti acara ini akan mendapat keping CD installer BlankOn Banyumas secara cuma-cuma. Komunitas ini bisa juga dikontak via twitter @blankonbanyumas atau http://blankonbanyumas.web.id.