Juara Kelas Tidak Lulus UN 3 Kali
Arti sebuah kejujuran, ternyata kejujuran di jaman sekarang harus di bayar begitu mahal. Lembaga pendidikan yang seharusnya mendidik siswa yang katanya generasi penerus bangsa, sangatlah kontradiktif dengan apa yang terjadi pada siswa/siswi sekarang saat mengerjakan soal UJIAN NASIONAL (UN) beberapa waktu lalu.
Jum'at malam tgl 10 mei lihat kickandy "mahalnya sebuah kejujuran",
Seorang siswa di SMA Muhammadiyah 1 Kali Rejo, Kabupaten Lampung Tengah, tiga kali tidak lulus ujian nasional (UN). Padahal, siswa tersebut, Nur Hidayatusholihah, selalu menjadi juara kelas di setiap tahunnya.
"Tiga kali tidak lulus UN, padahal dia selalu menjadi juara kelas. Dia ingin membuktikan, dirinya bisa lulus dengan rasa kejujurannya. Dia menolak menggunakan jawaban yang diberikan guru beberapa hari sebelum UN," kata ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah Slamet Nur Achmad Effendy kepada Kompas.com.
Dan masih ingatkah kita kisah seorang siswa SD di Jakarta yang di angkat ke film layar lebar ber judul "temani aku bunda" yang di angkat dari kisah nyata, Abrar yang berusaha untuk mengaplikasikan doa yang selalu diungkapkannya, Allahumma arinal-haqqa haqqan warzuqnat-tiba’ah, wa arinal-batila batilan warzuqnaj-tinabah, bi rahmatika ya arhamar-rahimeen. Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya.(cakipin kutip dari kompasiana)
Dan juga mungkin kita masih ingat kisah seorang siswa sd di Surabaya yang mengalami nasib yang sama dengan Abrar, dan mungkin lebih tragis keluarganya di kucilkan dari tempat tinggalnya sendiri.
Bagi saya yang kebetulan juga seorang guru, bahwa keberadaan UN akan membentuk siswa/siswi indonesia menjadi generasi koruptor / koruptris.